Saya dan rekan mendapatkan tugas dari Pimpinan untuk melakukan monitoring dan evaluasi (monev) satuan kerja (satker) yang belum melakukan penggantian uang persedian (GUP) dengan batas waktu yang telah ditentukan dan satker yang belum menyampaikan laporan pertanggungjawaban (LPJ) bendahara pengeluaran. Kami berangkat pada hari Rabu (21/3) siang dari Kota Manokwari menggunakan kapal cepat Express Bahari 9E, kapal buatan asli Indonesia ini yang dibangun di kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulaun Riau, hal ini terlihat dari plakat informasi yang tertera di dalam kapal. Tepat pukul 12.00 WIT kapal meninggalkan pelabuhan kecil Manokwari. Kenapa saya sebut pelabuhan kecil? karena pelabuhan ini berbeda lokasi dengan pelabuhan Manokwari pada umumnya yang melayani kapal-kapal yang cukup besar seperti kapal Pelni dan kapal kontainer. Lokasinya sekitar 750 meter ke arah barat dari Pelabuhan Utama.
Perlu diketahui, kapal cepat Express Bahari 9E melayani rute Manokwari – Wasior pergi pulang setiap hari kecuali hari selasa dengan transit dibeberapa pelabuhan kecil yang berbeda sesuai jadwal. Saat keberangkatan kami pada hari rabu, kapal ini transit di dua pelabuhan kecil yakni Pelabuhan Roswar dan Pelabuhan Yende. Kapal cepat ini menyediakan dua kelas untukk penumpang yakni kelas Excutive dengan harga tiket sekitar tiga ratus ribu rupiah dan kelas VIP dengan harga tiket lima ratus lima puluh ribu rupiah, harga tidak dibedakan antara usia anak-anak atau dewasa.
Konfigurasi tempat duduk kelas VIP
Dari spesifikasi gambar kapal yang tertera di dinding, terdapat 3 area untuk kelas eksekutif dengan 2 area tertutup karena berada di lantai bawah namun tersedia penyejuk udara yang membuat suhu udara di ruangan terasa sejuk. Sedangkan 1 kelas eksekutif dengan area terbuka dimana penyejuk udara ruangan dimatikan namun pintu kecil di sisi samping dan belakang kapal terbuka sehingga dapat mengalirkan udara dari luar ke dalam ruangan. Ruangan ini cocok untuk penumpang yang tidak tahan dengan ruangan berpenyejuk udara. Di kelas eksekutif dengan area terbuka memiliki akses pintu keluar ke area geladak kapal dan atap kapal, tapi biasanya dipenuhi penumpang yang ingin merokok. Di ruangan tersebut juga tersedia kantin dengan makanan ringan dan aneka minuman siap saji (teh, kopi dan sebagainya).
Snack di perjalanan
Fasilitas untuk kelas eksekutif tersedia kursi penumpang dengan jok yang cukup empuk namun tidak bisa direbahkan, TV layar besar yang menampilkan siaran TV dengan jaringan parabola yang dipasang di atap kapal serta penyejuk udara (terdapat 2 area). Sedangkan fasilitas untuk kelas VIP adalah ruangan dengan 3 mesin penyejuk udara besar, TV datar layar besar yang memutar film-film terkini atapun memutar lagu-lagu karaoke, toilet khusus, kursi yang dapat direbahkan dengan konfigurasi 2-3-2 dan mendapatkan air mineral ukuran 600ml dan mie instan cup siap seduh.
Sekitar pukul 16.00, kapal bersandar di pelabuhan kecil Roswar selama kurang lebih 15 menit, lalu melanjutkan perjalanan dengan transit berikutnya di pelabuhan Yende sekitar pukul 17.15. Akhirnya pada pukul 18.45 kapal kami bersandar di Pelabuhan Wasior. Cuaca cukup cerah saat kami tiba, keluar dari kapal dan menuju pintu keluar pelabuhan kita akan melihat sign “Welcome to Wondama” yang cukup besar dan sangat indah di foto saat malam hari karena ada efek cahaya dari lampu sorot. Di area luar pelabuhan sudah tersedia beberapa tukang ojek yang dapat mengantarkan kita sesuai tujuan yang kita inginkan. Tarif tukang ojek kisaran Rp 5.000 s.d. 50.000 sesuai jauh-dekat jarak tempuh. Di Wasior memiliki beberapa penginapan, kami memilih bermalam di Hotel Darmaji karena hotel ini yang paling direkomendasikan dari rekan saya, eits… jangan berpikir hotel ini setara bintang 3 ya…., hotel ini mungkin masuk kategori hotel melati dengan fasilitas perlengkapan yang sudah lama tapi tersedia penyejuk udara di dalam kamar.
Keluar dari pelabuhan, kami memutuskan jalan kaki menuju Hotel sekaligus melihat-lihat sekitar kota dan mencari makan malam. Kami memutuskan untuk mampir di warung makan Golden Star, lokasinya persis bersampingan dengan Polsek Wasior. Menu yang disajikan lumayan lengkap dengan harga yang masih terjangkau (nasi campur dengan ayam goreng seharga lima belas ribu rupiah, menurut saya ini termasuk murah ukuran di Papua). Setelah santap malam, membersihkan diri akhirnya kamipun beristirahat untuk melaksanakan tugas di esok hari.
Sebelum melaksanakn tugas diawal hari, kami sarapan dahulu di hotel. Ada yang unik saat sarapan di hotel, ternyata sarapan tidak disediakan di ruang restoran, tetapi di antar ke masing-masing kamar tamu dalam bentuk nasi rames dalam sebuah piring dan segelas teh manis hangat. Untuk menuju lokasi satker yang akan kami kunjungi, kami menggunakan sepeda motor. Sebenarnya angkutan ojek tersedia banyak dikota, tetapi karena pertimbangan kami mengajar waktu dan menuju beberapa lokasi yang berbeda, kami memutuskan meminjam motor rekan yang tinggal di wasior. Infonya sih terdapat penyewaan motor, tapi kami tidak tahu dimana lokasinya.
Pusat pemerintahan Kabupaten Teluk Wondama ternyata cukup jauh dari pusat kota, berjarak kurang lebih 14 Km ke arah selatan Kota Wasior dan masuk dalam wilayah distrik/kecamatan Rasiei. Akses ke tempat tersebut dengan kendaraan umum hanya ojek motor saja. Kondisi akses jalan menuju pusat Pemkab tidak semuanya mulus, ada beberapa bagian jalan masih berupa undukan batu-batu kerikil sehingga kita harus hati-hati dalam mengemudikan motor kita. Kabar baiknya, lebar jalan sudah cukup baik dengan menampung empat lajur.
Sebagai informasi, KPPN Manokwari telah membuka layanan filial di Kabupaten Teluk Wondama sejak tahun 2015. Lokasi layanan filial tersebut kini menumpang pada kantor kecamatan yang sebelumnya menumpang pada kantor Pemda di komplek Pemkab Teluk Wondama. Selama berkantor di komplek Pemkab Teluk Wondama, pegawai yang bertugas melaksanakan pelayanan filial sering mengalami kendala, terutama aliran listrik dan jaringan internet. Bahkan ada rekan yang harus berjibaku membaga dirigen berisi penuh BBM dari pusat kota Wasior ke komplek Pemkab Teluk Wondama menggunakan motor guna bahan bakar menghidupkkan mesin genset. Kini semenjak berpindah di Kantor kecamatan yang berada di pusat kota wasior, pelayanan filial lebih mudah untuk dilaksanakan serta didukung jaringan internet yang cukup bagus.
Layanan filial dilaksanakan selama dua pekan di awal bulan kecuali di bulan Januari dan Desember karena di bulan tersebut volume pekerjaan cukup banyak di KPPN induk, yakni KPPN Manokwari. Selain di Kabupaten Teluk Wondama, KPPN Manokwari juga membuka layanan filial di Kabupaten Teluk Bintuni. Semenjak hadirnya layanan filial oleh KPPN Manokwari, tentu sangat membantu bagi satker-satker yang berlokasi di Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Teluk Bintuni dalam mengajukan proses pencairan dana dan pelaporan pertanggungjawaban bendahara. Apabila satker-satker tersebut harus mengajukan proses pencairan dan dan pelaporan pertanggungjawaban bendahar di Kota Manokwari, ada biaya dan waktu yang cukup banyak terkuras dalam melaksanakan operasional tersebut.
Kamis siang (21/3) kami sudah siap-siap kembali ke Manokwari. Dengan menggunakan Kapal Cepat yang sama kami memulai pelayaran sekitar pukul 12.00 WIT dengan rute Wasior-Yende-Roswar-Manokwari. Ada hal unik di setiap kapal transit di pelabuhan-pelabuhan kecil tersebut, karena banyak warga sekitar yang menjajakan hasil bumi dan tangkapan laut dengan harga yang cukup fantastis alias murah meriah. Ada yang menjajakan buah langsat dan duren, ada juga yang menjual pinang, Sagu bakar dan menjadi perburuan tuk oleh-oleh dibawa ke kota tentu saja adalah Udang Lobster dan berbagai jenis ikan. Di setiap transit, penumpang kapal segera berhamburan di area dermaga untuk memborong dagangan masyarakat sekitar. Hal ini berbeda waktu keberangkatan saya dari Manokwari–Wasior. Mungkin penumpang rute Wasior–Manokwari membeli sebagai buah tangan untuk keluarga/kerabat warga di kota, yang tentunya di Kota Manokwari harganya bisa lebih mahal.
Ditengah perjalan setelah transit di ke-2 pelabuhan kecil tersebut, sekitar pukul empat sore, ombak laut mulai meninggi sehingga mengakibatkan kapal cukup bergoyang. Sekitar tiga jam lamanya kami merasakan goyangan kapal yang cukup membuat perutku mual dan tidak nyaman untuk duduk berlama-lama di kursiku. Akhirnya setalah kapal mulai mendekat di sekitar perairan arfai, ombak tidak terlalu besar dan sekitar 19.15 WIT kapal kami bersandar dengan baikk dan selamat di pelabuhan Manokwari walau cuaca agak hujan di pelabuhan.
Hikmah yang dapat diambil dari perjalananku ini, betapa Saya harus banyak bersyukur dari penempatan kerjaku di Kota Manokwari yang akses transportasi dan komunikasi masih cukup bagus dibaandingkan instansi lain yang berkedudukan di Kabupaten Teluk Wondama. Kami sebagai pengawal dana APBN juga harus memberikan pelayanan yang maksimal guna meendukung pembangunaan di daerah dengan salah satu caranya membuat layanan filial di beberapa Kabupaten yang agak sulit terakses transportasi. Mungkin kedepannya penerapan e-SPM akan sangat membantu bagi Satker dalam proses pencairan dana serta tersedianya call center dengan nomor GSM yang akan memudahkan bagi satker di pelosok nusantara dalam berkonsultasi pada proses pencairan dan pelaporan dana APBN.
Slideshow ini membutuhkan JavaScript.